Rabu, 09 Januari 2013

Forks City "Twilight"


AAA..... PENGEN BANGEEET KE KOTA INI :)
Forks, Kota Cinta Bella Swan dan Edward Cullen
Pariwisata Forks, kota kecil yang jadi tempat hidup Bella Swan, naik 1000 persen sejak buku pertama Twilight terbit.

Enam tahun lalu, hanya sedikit orang yang mendengar tentang Forks, sebuah kota kecil yang sekadar titik kecil di peta, jauh di ujung barat laut Washington hampir berbatasan dengan Kanada. Namun begitu The Twilight Saga muncul-yang diangkat dari novel karya Stephenie Meyer-kota tersebut jadi tenar.

Industri turisme di Forks sejauh ini sudah naik 1000 persen sejak novel pertama diterbitkan pada 2005 dan semakin bertambah dengan kehadiran film keempatnya, Breaking Dawn Part 1, yang dirilis pada 18 November.

Namun popularitas kota kecil itu sebenarnya kebetulan. Pasalnya, Meyer belum pernah mengunjungi kota itu. Jadi watu ia mencari lingkungan yang liar, berhutan, berkabut, berhujan, ia melihat di peta bahwa lokasi itu berada di Tanjung Olympic. Dan di situlah legenda lahir.

Tempat informasi turis di Forks, berupa sebuah gubuk kayu di ujung selatan kota itu. Di sana terpasang level curah hujan, 120 inci setahun. Selain itu juga ada dua mobil pick-up yang mirip dengan mobil yang dikemudikan Bella Swan (diperankan Kristen Stewart), terparkir di luar gubuk.

Yang menarik perhatian adalah ketika buku tersebut difilmkan, justru syuting filmnya tidak bertempat di Forks. Malah sebagian besar adegan difilmkan di Oregon, atau wilayah utara perbatasan Amerika dan Kanada, yaitu di British Columbia. Siapa pun yang berkunjung ke Forks untuk merasakan kehidupan di Twilight tidak akan menemukan apa pun yang secara visual bisa dikenali.

Secara keseluruhan, kota Forks terlihat ganjil, bahkan rapuh. Sejumlah properti di kota itu bahkan terlihat memang muncul untuk menjadi landmark di dalam cerita Twilight.

Keluar dari jalan K, sebuah rumah tampak seperti kediaman keluarga Swan, dengan sebuah tanda yang dipasang di halaman, mengumumkan bahwa penghuninya tak masalah orang-orang memotret foto itu sebagai bagian dari tur mereka.

Kemudian ada Miller Tree Inn, sebuah hotel yang mempromosikan diri sebagai rumah keluarga Pattinson. Meski hotel itu mengakui bahwa bangunannya tidak mirip dengan di film, tapi tidak menghentikan pemiliknya untuk memasak catatan tangan yang konon ditulis oleh keluarga Cullen.

Kota ini menyediakan tur keliling ke berbagai kota yang menyuguhkan tempat-tempat yang ada dalam cerita Twilight. Dari stasiun polisi, rumah sakit, hingga sekolah.

Salah satu tempat yang paling dicari lainnya, berada di luar Forks. Sekitar 20 menit berkendara mobil sejauh 14 mil, menuju arah barat. Di situlah letak tempat suaka Quileute, dan perkampungan La Push. Tempat warga asli Amerika ini adalah 'rumah' Jacob Black (di film diperankan Taylor Lautner).

Di wilayah ini, sebagian besar tempat merujuk pada nama Jacob. Contohnya kedai kopi di sebelah hotel utama yang bernama Jacob's Java. Kedai ini juga menyuguhkan smoothies dengan nama The Cullen's Craving, yang berwarna merah-bukan oleh darah tapi strawberry.

Kota kecil ini juga memiliki pantai yang sangat terisolir, seperti yang tergambar di novelnya. Seperti halnya aura gelap di filmnya, pantai Ruby Beach di Forks terlihat lembap dan murung. Jika tidak menjadi lokasi tempat sebuah kisah romantis remaja, mungkin saja Forks sekadar sebuah kota kecil sunyi yang menyimpan misteri.
Bahkan utk mendedekasikan terima kasihnya pada Stephenie Meyer kota Forks membuat sebuah perayaan setiap tahunnya pada hari ulang tahun tokoh Bella Swan itu.
 
  Forks City   :)

Home of the Swan (rumah Bella Swan)  

Minggu, 09 Desember 2012

Cerpen "Please be my Edward Cullen" :)


PLEASE BE MY EDWARD CULLEN

“Huaaaaahhhh….”  Begitulah teriakan Kara setelah menutup novel Breaking Dawn-nya Stephenie Meyer. “Akhirnya happy ending juga….,” katanya sendirian di kamar. “Edward tetep sama Bella dan si Jacob sama Renesmee, ohh so sweettt…”
Kara lalu menghampiri iPodnya dan mulai menyetel lagu Cristina Perri-A Thousand Years,  lalu berjalan menuju ke rak buku mengambil novel Twilight. Begitulah kalau sudah menjadi fans berat alias Die Hard Fans. Walaupun sudah paham akan cerita dan segala tetek bengeknya, Kara tetap membaca berkali-kali buku itu. Seorang Twihard labih tepatnya. Penggemar setia Twilight Saga karya Stephenie Meyer. Lihatlah kamarnya penuh dengan poster dan segala macam bentuk atribut dari Twilight. Bahkan hal sepele seperti sandal yang biasa dia pake buat ke kamar mandi berbentuk Werewolf. Walo banyak temen-temennya jika ke kamrnya bilang itu hanyalah sandal rumah berbentuk anjing berbulu cokelat. Tapi Kara tetep ngeyel kalo ini dalah jelmaan dari Jacob Black.
“Update status FB dulu ahh…,” katanya di sela-sela suara Christina Perri yang merdu sambil meraih iPhonenya yang juga dilapisi oleh cover Twilight.
“Mulai dari awal, baca Twilight setelah Breaking Dawn,” begitulah yang dia tulis di statusnya. Tak berapa lama, berbagai komen dan jempol menghampiri statusnya. Kara tertawa sendiri saat membaca komen yang menhampiri statusnya. Banyak yang memuji dan berkata aneh. Tapi Kara hanya membalas beberapa komen lalu meletakkan handphonenya dan kembali membaca.
***
Keesokan harinya di kelas. “Andai saja ada Edward Cullen….,” lamunya sambil membuka halaman novel dan berkhayal.
“Pasti sudah kutembak jadi pacarku.”
“Hah? Serius lo??” teriak Vani persis di kuping Kara yang secara reflex menutup kupingnya.
“Gak usah kencen-kenceng kenapa sih? Kecilin volomenya!” protes Kara.
Kelihatannya Vani tidak menghiraukan perkataan Kara, dia malah semakin serius menasehati Kara saat Kara bilang mau punya pacar Edward Cullen atau tidak punya pacar sama sekali. Saat itu sedang dalam jam pergantian kelas. Jadi kelas terlalu rame sehingga tidak ada yang menghiraukan teriakan Vani tadi.
“Kmau payah sih Van, lihat dong!” Kara mengambil sebuah majalah dari dalam tasnya. Ternyata majalah yang mengulas film Twilight terbaru, Breaking Dawn Part 2. Kara menunjuk kearah Robert Pattinson pemeran Edward Cullen yang sedang melakukan syuting bersama Kristen Stewart pemeran Bella Swan, manusia yang jatuh cinta dengan vampire dan Taylor Lautner pemeran Jacob Black, manusia serigala atau sebutan kerennya Werewolf yang jatuh cinta dengan Bella.
“Nih liat! Masa kayak gini gak keren? Udah ganteng, tinggi, bersih dan lebih kerennya dia vampire!” Kara antusias saat menjelaskan Edward Cullen kepada Vani.
“Iya… gue tau! Tapi gua lebih suka sama Jacob deh! Secara, mukanya gak pucat!” kata Vani sambil memandangi tubuh Taylor Lautner yang menjadi impian para gadis-gadis remaja jaman sekarang. Lalu Kara mencak-mencak!
“Tapi Edward ganteng!”
“Jacob juga, dan dia umurnya masih muda gak kayak Edward yang umurnya udah ratusan tahun!” goda Vani.
“Engggaaaa!! Pokoknya tetep Edward! Gue kan Team Edward! Jadinya gue harus mendukung Edward kapanpun dia membutuhkan gue!”
Vani gemas melihat temannya ini. Sepertinya Kara masih belum bias membedakan mana yang kenyataan dan mana yang khayalan.
“Udah ah… bosen gue ngejelasin ini ke elo! Sadar Ra, sadar! Mereka ini fantasi! Gak ada di dunia kita sekarang! Toh kalaupun ada, mereka bukan vampire, werewolf!mereka artis Hollywood yang tiap hari dikejar paparazzi. Jadi, sekarang loe terima kenyataan ya, putri tidur! Weke up! Banyak kok cowok keren di sekitar kita! Jangan terlalu memikirkan si Edward lah! Entar lo jadi jomblo selama di sini mau?” Vani memberikan ceramahnya yang sudah tak terhitung banyaknya kepada Kara.
Tapi tumben sekarang Kara beringsut diam. Tidak membalas ceramahan Vani. Biasanya Kara akan menjawab dengan kata-kata, ‘Habis lulus gue mau ke Fork. Tenpat mereka syuting dan tinggal di sana! Siapa tahu bener-bener ada Edward Cullen yang nyasar trus jatuh cinta denganku.’
“Ra? Kara? Elo gak apa-apa kan?” Tanya Vani melihat Kara memndangi majalahnya dengan tatapan kosong.
“Kalo dipikir-pikir ge sampe sekarang jomblo yah?” kata Kara lirih. Vani menghela napasnya. Dia tahu Kara ini cantik, pintar dan sebenarnya banyak cowok yang mau meletakkan hatinya ke Kara. Cuma, Kara masih bermain-main dengan imajinasinya. Dia berkomitmen mau pacaran dengan vampire atau nggak Robert Pattinson.
“Itu sih karena elo gak mau buka hati elo sama cowok-cowok di luar sana! Hati elo tertutup sama Edward Cullen lah, vampire lah, Robert Pattinson lah! Mereka itu imajinasi!” terang Vani.
“Robert Pattinson gak. Dia nyata!” bantah Kara,
“Iya emang! Dia nyata. Tapi dia nongol di depan lo gak sekarang? Bawa=bawa bunga buat lo? Ato enggak… dia kenal lo?”
“Kenal! Dia kenal gue! Kan udah temenan di Fb!” Kara ngotot.
Vani terbahak. Ternyata Kara ini seperti anak kecil poos yang tidak bias dipisahkan dengan idolanya.
“Itu mungkin ajah palsu! Rata-rata artis kan gak punya Fb!” kata Vani menhan tawanya.
“Tapi gue follow dia di Twitter!” bantah kara lagi. Bahkan semua pemain Twilight dia follow. Kara mengambil iPhonenya lalu dengan gerakan sangat cepat dia mebuka akun Twitternya.
“Nih! Lihat! RPattz! Alias Robert Pattinson, Edward yang paling ganteng! Ada juga nih Taylor Lautner! alias Jacob!”
Vani melongos sudah berapa kali Kara memperlihatkan semua ini. Lebih dari ratusan mungkin.
“Tapi mereka followback elo gak?” satu pertanyaan ini membuat Kara terdiam. Tapi dengan cepat ia menjawab.
“E… enggak! Tapi gue terus mention dia!”
“Ada yang di bales atau di retweet?”
“Kan mereka sibuk! Lagian followers mereka banyak! Jadi gak mungkin mereka membalas satu persatu mention yang di berikan penggemar.”
“Lha… kalo gitu, gimana si Robert ini mau jadian sama elo? Paling buat Robert lo itu Cuma satu dari ribuan penggemar beratnya dia! Lagian juga Robert Pattinson udah sama Kristen Stewart!”
“Tapi… “ belum sempat kara membantah, pak Jodi guru biologi mereka masuk. Suasana kelas mendadak hening.
“Maafkan bapak telat. Tadi di suruh menemiu kepala sekolah di kantor. Soalnya kelas ini akan ada murid baru waktu pelajaran bapak. Jadi silahkan masuk nak,”  kata pak Jodi menyuruh siswa yang tadi cum angintip-ngintip dari luar untuk masuk ke dalam kelas.
Kara membuka matanya lebar-lebar. Dia tidak percaya siapa yang jadi murid baru. Dia mau berteriak taoi akal sehatnya berhasil menahannya. Jadinnya hanya pekikan rendah yang hanya di dengar oleh Vani.
Murid itu seorang cowok. Sepertinya asli keturunan, bukan asli orang Indonesia. Wajahnya pucat dan rambutnya agak kecoklat-coklatan di buat model spiky. Matanya awas memandangi sekeliling. Beberapa anak cewek terkesan ribut. Mereka terpesona seperti halnya Kara.
“Van… gue gak lagi mimpi kan?” kata Kara sambil berbisik.
“Kenapa?” Tanya Vani bingung.
“Di depan kelas Van…di depan kelas…masa lo gak liat? Itu…itu…itu Edward Cullen, Van!” Vani hanya mengeleng-gelengkan kepala melihat tingkah laku temannya ini. Cowok itu emang tampan tapi itu buka tipe Vani. Kegaduhan mulai merembet di dalam kelas sebelum pak Jodi mengetuk-ngetukkan penggaris ke papan tulis.
“Oke, silahkan perkenalkan diri mo disini.” kata pak Jodi.
“Ehmm… selamat siang… nama saya Edi, Edi Mangunjoyo, asal jogja. Tapi saya pindahan dari inggris, salam kenal.” Gaya bicaranya sungguh sopan dan lancer bagi seorang pindaha dari luar negri tapi beberapa cewek termasuk Kara tak bias mengedipkan mata saat melihat ketampanan Edi.
Seusai menyampaikan salam Edi duduk di bangku deretan tengah, Kara tak bias melepaskan pandangan dari Edi. Sampai Vani menyenggolnya.
“Apaan sih?” kata Kara yang hamper membuat seluruh mata menoleh padanya. Saat itu pak Jodi sedang mrnulis di depan papan tulis.
“Ehmm… ada yang kasmaran nih, padahal baru pandangan pertama.hihihi…” goda Vani.
“Gila! Mana mungkin gak ada cewek yang tertarik sama Edward Cullen kayak gitu.”
“Edward Cullen dari hongkonh? Namanya ajah Edi Mangunjoyo! Sadar woy!” tak sadar mereka sedang cekikikan saat kelas sedang hening.
“Yang belakang jangan berisik saja!” bentak pak Jodi yang dari tadi sudah bersabar membiarkan ada yang berisik.
Kara dan Vani mendadak diam seperti patung. Mereka tidak akan berisik lagi sampai pelajaran selesai. Tapi pandangan Kara tidak pernah lepas dari Edi, Edward Cullennya yang baru saja telah di temukannya.
Selama pelajaran sepanjang hari ini. Kara tidak bias memindahkan bola matanya dari Edi. Entah ada magnet berapa ton sampai-sampai Kara berbuat demikian. Biasanya dia di taksir oleh cowok-cowok sampai ia menolaknya. Kali ini giliran dia yang ‘harus’ menaksir cowok sampai harus diterima oleh sang cowok!
‘Ya! Ini kemungkinan konyol! Tapi harus gue lakukan daripada gue melepaskan Edward ku ke tangan cewek lain! Ga boleh! Ini gak boleh! Dia Edward ku!’ batin Kara. Vani yang melihat temannya seperti kesurupan hanya bias mengelus dada.
‘Moga-moga temen gue disadarkan, ya Tuhan!’ doa Vani.
“Gak pulang lo Ra?” Tanya Vani.
“Ehh… enggak lo pulang dulu ajah, ada perlu nih.” Kata Kara dengan nada mencurigakan. Tidak biasanya dia menolak ajakan Vani. Vani melihat kea rah bangku Edi. Di dalam kelas tinggal mereka ber-3. Vani tahu maksud Kara.
“Okelah…gue cabut dulu.”
Sekarang saatnya! Kelas sudah sepi, Edi masih sibuk mencatat tulisan di papan tulis, aku harus bergerak, piker Kara mantap. Dia berjalan mendekati Edi.
“Edi…” sapa Kara dulu. Edi melihat siapa yang menyapanya. Dia piker dia sendirian di kelas ternyata masih ada orang lain.
“Yah…? Ada yang bias ku bantu?” kata Edi ramah.
“Emm… kamu suka Twilight?” Tanya Kara basa-basi. Edi kaget. Kenapa tiba-tiba dia sodorkan pertanyaan seperti ini.
“Twilight? Yang tentang vampire dan werewolf gak jelas itu?” kata Edi datar. ‘kok gak jelas sih! Mereka itu jelas dan keren,’ batin Kara protes.
“Tapi kamu suka kan?”
Edi mulai berpikir bahwa yang di hadapannya kini adalah bukan manusia, melainkan penghuni kelas ini. Dia mengintip kaki Kara. Dia masih lega kaki itu masih menapak di tanah bukan melayang.
“Kamu suka, kan?” paksa Kara. Dia berharap Edward Cullennya menjawab pertannyaan ini.
“Maaf. Saya di inggris gak ada waktu buat nonton begituan. Apalagi di jogja saya jarang keluar rumah.”
Jarang keluar rumah! Pernyataan ini semakin membuat Kara bernafsu bertannya hal penting yang dari tadi berkecamuk di pikirannya.
“Jarang keluar rumah? Jangan-jangan kamu vampire? Iya kan kamu vampire kan? Kamu keluarga Cullen atau Volturi? Hah? Ayo ngaku!”
“Hehh??” Edi semakin bingung. Di depannya kali ini dia yakin bukan cewk biasa! Tapi cewek yang terobsesi dengan fiksi yang akut! Dengan cepat Edi memasukkan semua catatannya ke dalam tas. Dia takut cewek ini tiba-tiba mulai mencakar-cakar dirinya.
“Lho? Lho? Kok gak di jawab? Mau kemana?”
“Pu-pulang…,” kata Edi ketakutan.
“Jadi bener kamu ini vampire?” Kara mengulang pertanyaan it uterus-terusan. Edi semakin ketakutan. Dia bergegas meninggalkan kelas. Tapi Kara terus mengikutinnya. Kara terus memanggil nama Edi. Edi jengah, dia balik badan dan menghadapi teman sekelasnya yang aneh.
“What do you want from me? Hah?” kata Edi marah. Tapi dia menahan emosinnya agar suarannya tidak terdengar berteriak.
“Aku…aku…MAU KAH KAMU JADI PACARKU??” kata-kata ini keluar dari mulut Kara dengan cepat. Edi kaget dengan kennyataan yang ada di depannya. Dalam waktu sehari dia pindah sudah ada cewek yang menyatakan cinta padannya?
“A…apa-apaan sih ini?” Edi masih tidak percaya.
“Maukah kamu jadi Edward Cullen ku?” Kara mungkin sudah kehilangan akalnya. Tapi dia lebih baik kehilangan akalnya daripada kehilangan sosok Edward Cullennya.
Edi kebingungan. Dia belum pernah menghadapi situasi seperti ini. Dia berusaha tampak tenang dan menjelaskan semuannya pada Kara.
“Dengarkan aku. Aku bukan Edward Cullen. Dan aku tidak tau siapa dia. Namaku Edi. Edi Mangunjoyo! Aku berasal daro jogja walaupun orang tuaku berasal dari inggris. Tapi pertama aku gak kenal kamu. Iya, kita teman sekelas tapi…” Edi tidak bias melanjutkan kata-katanya. Mata Kara berkaca-kaca mendengarkan perkataan Edi. Edward Culenya menolaknnya! Biasannya dia menolak cowok tapi kali ini, DIA DI TOLAK OLEH EDWARD CULLEN NYA!
MENDADAK DUNUA Kara berhenti.bayangan Edward Cullen yang menari-nari di kepalannya mendadak buyar. Pecah berkeping-keping. Segala imajinasinnya yang dia tumpuk sejak pertama kali nonton film Twilight di bioskop, adegan dansa di film Twilight hanyalah impian. Edward Culen ternyata hanya fiksi yang telah lama dia pupuk di fikirannya. Kenyataan memang pahit.
Sambil menahan tangis, Kara berlari. Edi memanggilnya dari belakang. Tapi ia tidak meerdulikan panggilan Edi! Edi tetaplah Edi! Edi Mangunjoyo! Soalnya Edward Cullen tidak akan menolak Kara. Dan Edi Mangunjoyo bukanlah Edward Cullen. Pikiran-pikiran ini berputar-putar di otak Kara. Sampai dia tidak sengaja menabrak seseorang.
“Hati-hati dong sakit tau!” kata orang yang di tabrak Kara.
Sambil menahan sakitnya Kara mala ngomel sama orang yang dia tabrak, “Elo  kalo jalan pake ma…” Kara tidak melanjutkan kata-katanya.
Kara terpesona pada cowok yang dia tabrak.  Cowok bertubuh kekar. Punya tampang imut seperti,
“Jacob Black?” kata Kara.
“Hah? Siapa? Elo gak geger otak kan?” kata cowok yang dalam pikiran Kara berubah menjadi Taylor Lautner.
Kali ini Kara berhasil menhapus semua gambaran Edward Cullen. Di pikirannya kini penuh dengan wajah cowok yang berada di hadapannya, Jacob Black.
“Kamu mau menjadi Jecob Black ku?” kata Kara spontan,
. kali ini dia tidak mau kehilangan Jecob Black yang sekarang persis di hadapannya. Walaupun dia tadi di tolak oleh Edward Cullen-nya.
“Haaahh??”
Cowok ini yakin yang menabrak dia adalah salah satu pasien rumah sakit yang tergila-gila dengan Twilight.
Sedangkan Kara masih berimajinasi dirinnya di gendong Jacob Black. Seperti pada adegan New Moon.
***




Selasa, 27 November 2012

Gagal dapet majalah OK Magazine :(

keeeeseeellll udah keliling serang nyari majalah OK Magazine yang edisi TWILIGHT gak ketemu. T_T

padahal kan di edisi itu ada artikel yang ngebahas tentang Twilight 50 lembar coba :(
penggeeeeeen bangeeeet kapan lagi coba, udah sekarang seri terakhir Twilight lagi.
nanti- nanti kan gak bakal ada lagi n.n

GAAALAAAAUUU PENGEEEN BANGEEET HUHU T_T

cover majalah OK Magazine

bisa sih beli online gituh, tapi gw kan gak ngerti cara beli online begitu (dikit katro :D) udah gitu harus transver uang segala lagi ke bank, kan gw gak ngerti :(

udah si mesen sama mamang2 tukang majalahnya tolong cariiin yang edisi ini, SEMOGAAA ADA :)

Kamis, 22 November 2012

Christina perri "A Thousand Years Part.2" lyric

Sekarang lagu A Thousand Years nya Christina perri ada yang part 2, di lagu ini christina perri duet dengan steve kazee, lagu ini juga jadi salah satu Ost Twilight saga : Breaking Dawn Part 2 :)



A Thousand Years Part.2
Christina perri feat Steve kazee
The day we met
Frozen I held my breath

Right from the start

I knew that I found a home for my

Heart beats fast

Colors and promises
How to be brave
How can I love when I’m afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow

One step closer

I have died everyday waiting for you

Darling don’t be afraid I have loved you

For a thousand years

I’ll love you for a thousand more

Time stands still
Beauty in all she is

I will be brave

I will not let anything take away

What’s standing in front of me
Every breath
Every hour has come to this

One step closer

I have died everyday waiting for you

Darling don’t be afraid I have loved you

For a thousand years

I’ll love you for a thousand more

And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me

I have loved you for a thousand years

I’ll love you for a thousand more

One step closer

I have died everyday waiting for you

Darling don’t be afraid I have loved you

For a thousand years

I’ll love you for a thousand more

And all along I believed I would find you
Time has brought your heart to me
I have loved you for a thousand years 
I’ll love you for a thousand more

Kamis, 08 November 2012

Taylor Swift "You Belong With Me" lyric

gak tau kenapa lagi suka bangeeeeet sama lagu Taylor Swift yang judulnya You Belong With Me jdi sekarang mau ngepost lirik lagu-nya deh.... :)

 
You Belong With Me
Taylor Swift

                           
You're on the phone
With your girlfriend
She's upset
She's going off about
Something that you said
she doesn't get your humor
Like I do

I'm in the room
It's a typical Tuesday night
I'm listening to the kind of music
She doesn't like
She'll never know your story
Like I do

But she wears short skirts
I wear t-shirts
She's cheer captain
And I'm on the bleachers
Dreaming about the day
When you wake up and find
That what you're looking for
Has been here the whole time

If you could see
That I'm the one
Who understands you
Been here all along
So why can't you see
you belong with me
You belong with me.

Walking the streets
With you and your worn out jeans
I can't help thinking
This is how it ought to be
Laughing on a park bench
Thinking to myself
Hey, isn't this easy?

And you've got a smile
That could light up this whole town
I haven't seen it in awhile
Since she brought you down
You say you're fine
I know you better than that
Hey what you doing
With a girl like that

She wears high heels
I wear sneakers
She's cheer captain
I'm on the bleachers
Dreaming about the day
When you wake up and find
That what you're looking for
Has been here the whole time

If you could see
That I'm the one
Who understands you
Been here all along
So why can't you see
You belong with me
Standing by and
Waiting at your backdoor
All this time
How could you not know
Baby
You belong with me
You belong with me.

[Instrumental]

Oh, I remember
You driving to my house
In the middle of the night
I'm the one who makes you laugh
When you know you're about to cry
And I know your favorite songs
And you tell me about your dreams
Think I know where you belong
Think I know it's with me

Can't you see
That I'm the one
Who understands you
Been here all along
So why can't you see?
You belong with me.

Standing by and
Waiting at your backdoor
All this time
How could you not know
Baby
You belong with me
You belong with me.

You belong with me.
Have you ever thought
Just maybe
You belong with me?
You belong with me